Minggu, 09 Juni 2013

SERTIFIKAT

AGUSTIYANTI
26209662
4EB14













JURNAL


AGUSTIYANTI
26209662
4EB14
 
ANALISIS PERBANDINGAN PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DENGAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO

Annisa Rahimiyah Junianti, 20207141
PI, Jurusan Akuntansi, Falkutas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2010
Kata kunci : Harga pokok produk, Activity Based Costing, Metode Konvensional


ABSTRAKSI

Sistem activity based costing adalah sistem akuntansi yang berfokus pada aktivitas, pada umumnya perusahaan di Indonesia menggunakan metode konvensional yang mengalokasikan biaya ke produk berdasarkan satu pemicu biaya (cost driver) sehingga terjadi distorsi. Hal ini merupakan salah satu kelemahan sistem konvensional, sedangkan activity based costing menggunakan banyak pemicu biaya sehingga dalam mengalokasikan biaya ke produk lebih akurat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ternyata dengan menerapkan sistem activity based costing dalam perusahaan dapat menghasilkan perhitungan alokasi BOP yang lebih akurat. Hal ini disebabakan karena sistem activity based costing menitikberatkan pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi suatu produk. Biaya kreativitas dan aktivitas ditelusuri ke produk berdasarkan pemakaian aktivitas dari produk. Dari hasil perhitungan dan analisis penulis terhadap sistem biaya konvensional yang digunakan oleh perusahaan dan penerapan sistem activity based costing dalam mengalokasikan BOP dan biaya produksi, dapat diketahui adanya distorsi dan overcosted pada beberapa produk dari kedua biaya tersebut.
Daftar Pustaka (2005-2010)

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan ketatnya persaingan di dunia industri dewasa ini, maka sudah menjadi sebuah keharusan bagi setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas prosesnya guna meningkatkan daya saing perusahaan tersebut. Dilain pihak, perkembangan yang fantastis di bidang teknologi dan informasi telah menjadikan setiap perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan teknologi guna meningkatkan kualitas prosesnya.
Di era perkembangan teknologi yang pesat pada pasar bebas dewasa ini, persaingan antar produsen menjadi semakin ketat. Dengan pendekatan biaya konvensional yang didasarkan pada volume akan memiliki distorsi yang bisa saja membuat keputusan jadi tidak tepat. Terutama pada hal yang menyangkut pada biaya-biaya overhead. Hal tersebut dikarenakan biaya yang timbul pada obyek-obyek biaya (Cost Object) overhead tidak timbul sebagai akibat dari volume, melainkan biaya tersebut timbul karena ada aktivitas yang dilakukannya, sehingga penghitungan biaya berbasis aktifitas lebih sesuai untuk perusahaan perusahaan yang telah menerapkan modernisasi pada proses produksinya. Dengan demikian metode activity based costing perlu dipertimbangkan untuk diterapkan guna menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang lebih murah akibat tingginya tingkat efesiensi dalam proses produksi.
1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1. Bagaimana penerapan Sistem Akuntansi Biaya Konvensional yang diterapkan oleh PT. MAYORA INDAH ?
2. Bagaimana penetuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing?
Penulis membatasi permasalahan pada penggunaan metode activity based costing dan sistem biaya konvensional pada perhitungan harga pokok produksi dan data yang digunakan adalah data perusahaan PT. Dellifood Sentosa Corpindo tahun 2008 dan produk yang diteliti adalah Mie Gelas.
1.3 Tujuan Penelitian
  1. Untuk mengetahui penerapan sistem Akuntansi Biaya Konvensional yang diterapkkan oleh PT. MAYORA INDAH.
  2. Untuk mengetahui harga pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah:
  1. Manfaat Akademis
Penelitian ini bermanfaat agar penulis khususnya mahasiswa dapat melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode konvensional (full costing) dengan metode activity based costing.
  1. Manfaat Praktis
Bermanfaat agar pada perusahaan yang dilakakukan penelitian dapat membandingkan dan mengambil keputusan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan hasil pencatatan yang dilakukan perusahan, yang dapat memberikan pengaruh yang baik bagi produk yang akan diproses oleh perusahaan yang bersangkutan..

1.5 Alat Analisis Yang Digunakan
Alat analisis pendukung penulis dalam menyusun penulisan ini adalah :
  1. Analisa Kuantitatif
Penulis menganalisa masalah ini dengan kegiatan pengolahan data meliputi pengecekan dan perhitungan melalui penggunaan tabel terhadap data biaya produksi dan kegiatan produksi pada PT. MAYORA INDAH , proporsi konsumsi sumber daya, dan pengelompokkan biaya, dan penetuan tarif masing-masing kelompok biaya (pool rate).
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Akuntansi Biaya Konvensional
Menurut Hilton, Maher, dan Selto ( 2005 ), “Sistem biaya konvensional (tadisional) yang banyak digunakan perusahaan tidak dapat memperhitungkan biaya- biaya tidak langsung ke produk menggunakan dasar alokasi seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin”.
Sedangkan menurut Bastian Bustami. N (2009), “sistem akuntansi konvensional mengklasifikasikan biaya atas biaya langsung dan biaya tidak langsung, untuk pembebanan biaya menggunakan ukuran volume produksi, jam kerja langsung atau jam mesin”.
Kelemahan dan Kelebihan Sistem Biaya Konvensional (tradisional) Menurut Cooper dan Kaplan (2005), kelemahan sistem biaya konvensional antara lain :
  1. Hanya menggunakan jam kerja untuk mengalokasikan biaya overhead dari pusat biaya ( cost pool ) ke produk atau jasa.
  2. Hanya menggunakan dasar alokasi yang volume related untuk mengalokasikan biaya overhead dari cost pool pada produk atau jasa.
  3. Cost pool yang terlalu besar dan termasuk mesin- mesin mempunyai struktur biaya overhead yang sangat berbeda.
  4. Biaya dari pemasaran dan penyerahan produk dan jasa sangat berbeda diantara berbagai saluran distribusi.
Sedangkan kelebihan dari sistem biaya konvensional (tradisional) adalah :
  1. Mudah diterapkan dan cenderung simple.
  2. Memudahkan manager untuk melakukan perhitungan karena tidak banyak menggunakan cost driver dalam pengalokasian biaya overhead.
  3. Mudah diaudit karena cost driver yang digunakan sedikit, biaya overhead dialokasikan berdasarkan volume based measure.
2.2 Pengertian Activity Based Costing
Mulyadi (2007 : 53), “Activity Based Costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang ditujukkan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat (accurate) bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk”.
Sedangkan menurut Garrison dan Nureen (2005 : 342), “Activity Based Costing adalah metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajemen untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga jasa biaya tetap”.
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Activity Based Costing
Dengan dikembangkan metode activity based costing ini tentunya disertai harapan bahwa activity based costing mampu mengurangi metode yang ada. Kelebihan dari Activity Based Costing yaitu :
  1. Activity based costing dapat mengatasi distorsi vuolume dan produk serta melaporkan biaya produk lebih akurat dari pada sistem akuntansi biaya konvensional.
  2. Activity based costing mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut, sehingga hubungan aktivitas dengan biaya overhead lebih dapat dipahami.
  3. Activity Based Costing System membantu manajer untuk melakukan koreksi atas aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan sehingga akan menghemat waktu produksinya.
Menurut Bastian Bustami (2009:30) meskipun secara konsep Activity Based Costing sesuai dengan harapan dan kebutuhan informasi perusahaan, tetapi penerapannya sering timbul berbagai kekurangan antara lain :
  1. Penerapan Activity Based Costing lebih mahal.
Dibandingkan dengan sistem biaya konvensional (tradisional), hanya membebankan biaya cukup satu pemicu biaya seperti, jam kerja langsung. Dalam activity based costing membutuhkan berbagai ukuran aktivitas yang harus dikumpulkan, diperiksa , dan dapat dimasukkan dalam sistem, mungkin kurang sebanding dengan tingkat keakuratan yang didapat, yang mengakibatkan biaya yang tinggi.
  1. Sulitnya merubah pola kebiasaan manajer.
Merubah pola kebiasaan manajer, membutuhkan waktu penyesuian, karena para manajer sudah terbiasa menggunakan sistem biaya konvensional dalam operasinya dan juga dugunkan sebagai evaluasi kinerja, maka dengan perubahan pola ini kadangkala mendapat perlawaan dari para karyawan. Kalau hal ini terjadi maka penerapan activity based costing akan mengalami kegagalan.
  1. Mudahnya data Activity Based Costing disalah artikan.
Dalam praktek data activity baesd costing dengan mudah disalah artikan dan harus digunakan secara hati-hati, ketika pengambilan keputusan. Biaya yang dibebankan ke produk, pelanggan dan objek biaya lainnya hanya dilakukan bilamana secara potensial relevan. Sebelum mengambil keputusan yang signifikan dengan menggunakan data biaya mana yang betul-betul relevan dengan keputusan saat itu.
  1. Bentuk laporan kurang sesuai.
Umumnya laporan yang disusun dengan menggunakan activity based costing, tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Konsekuensi perusahaan yang menerapkan activity based costing, harus menyusun laporan biaya yang berlainan satu untuk internal dan satu lagi untuk pelaporan eksternal, hal ini akan membutuhkan waktu dan biaya tambahan.
2.4 Perbedaan antara Metode Konvensional dengan Metode Activity Based Costing
Secara umum perbedaan antara akuntansi biaya konvensional dengan metode activity based costing yaitu pada metode biaya konvensional mengansumsikan bahwa biaya diklasifikasikan sebagai biaya tetap dan biaya variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk yang diproduksi. Sedangkan metode akuntansi yang telah berubah mengikuti tanggapan perubahan besar pada lingkuang bisnis yang kompetitif yang dihadapkan perusahaan jasa dan manufaktur. Selain perbedaan diatas perbedaan yang lain adalah :
1. Activity based costing memusatkan perhatian pada biaya, mutu dan waktu. Metode konvensional memusatkan perhatian pada kinerja keuangan jangka pendek seperti laba. Jika metode konvensional diterapkan untuk menentukan harga, maka datanya tidak dapat diandalkan.
2. Activity based costing membutuhkan analisis varian yang jauh lebih kecil daripada metode konvensional karena cost pool (kelompok biaya) dan driver (pemicu) jauh lebih akurat.
3. Metode konvensional menitikberatkan pada harga pokok produk pada fase produksi saja, sedangkan activity based costing menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada semua fase pembuatan produk.
2.5 Alat Analisis
2.5.1 Kalkulasi Biaya produksi dengan Metode Konvensional
Metode biaya konvensional yang lazim diimplementasikan dalam banyak perusahan adalah kalkukasi biaya berdasarkan pesanan (job order costing), kalkulasi berdasarkan proses produksi (process costing) atau kombinasi dari keduanya. Penetuan biaya overhead pada harga pokok produksi adalah sebagai berikut :

Biya overhead = Total Overhead
Dasar Pembebanan


2.5.2 Kalkulasi Biaya Produksi dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing
Pembebanan biaya overhead dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk dengan tolak ukurnya adalah kuantitas pemicu biaya (cost driver). Dan ukuran ini merupakan penyederhanaan kuantitas cost driver yang digunakan oleh setiap produk.

Overhead yang dibebankan = Tarif Kelompok x Unit coat driver yang Digunaka
BABA III PEMBAHASAN

3.1 Kalkulasi Biaya Produksi Dengan Metode Konvensional
Proses produksi yang dilaksanakan oleh PT. DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO menggunakan satu pemacu biaya yaitu jam mesin.
Penentuan Biaya Overhead Pada Harga Pokok Produksi :
Total Biaya Overhead Pabrik = Rp. 4.696.514.602 = 339.736,29 / Jam Mesin
Total Jam Kerja Mesin 13.024


3.2 Kalkulasi Biaya Produksi Dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing
Tabel 3.1 Pengalokasian biaya ke produk
Keterangan
Pool I
Pool II
Pool III
Pool IV
Pool V
Total
349.263.770
3.609.521.135
14.890.945
435.078.823
287.759.929
Cost Driver yang mewakili
Jtkl
Jm
Kwh
LTR
Nilai dasar alokasi
4.608
13.824
258.597
269.334
20.000
Tariff kelompok
75.795
261.105,4
58
1.615
283775,99
Keterangan :
  1. Nilai dasar alokasi
Pool I : Total jam tenaga kerja = 2.304 + 2304 = 4.608
Pool II : Total jam mesin = 6.912 + 6.912 = 13.824
Pool II : Total jam kilowatt = 148.909 + 109.688 = 258.597
Pool IV : total pemakaian minyak = 145.026 + 124.308 = 269.334
Pool V : Total luas pabrik = 10.000 + 10.000 = 20.000
  1. Tarif kelompok = Cost driver
Nilai dasar alokasi
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Penentuan harga pokok produk dengan menggunakan metode activity based costing, PT. DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO dapat menghasilkan harga pokok produk per karton sebesar Rp. 4.049 untuk produk Mie gelas.
2. Dengan melihat hasil perbandingan harga pokok produksi menurut metode konvensional dan metode activity based costing penentuan harga pokok produk berdasarkan aktivitas menyatakan bahwa metode konvensional menentukan biaya lebih tinggi, karena pada metode activity based costing lebih sedikit membebankan biaya.

4.2 Saran
Setelah penulis meneliti dan menganalisa data-data perusahaan tersebut, penulis memberikan saran kepada PT DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO untuk mempertimbangkan penetapan harga pokok produk dengan menggunakn metode activity based costing. Karena dengan menggunakan metode activity based costing dapat menggambarkan pola konsumsi BOP dengan lebih jelas dan akurat, sehingga perusahaan dalam menghadapi para pesaing dapat menetukan strategi penentuan haega jual dan pemasaran berdasarkan informasi yang lebih akurat.


SUMBER : http://crpinky.blogspot.com/2010/05/jurnal-sendiri.html

Harmonisasi Akuntansi Internasional dan Analisa Laporan Keuangan Internasional


AGUSTIYANTI
26209662
4EB14

Harmonisasi Akuntansi Internasional

1.1. Memahami perbedaan harmonisasi dan standarisasi yang berlaku dalam standar akuntansi
          Standarisasi merupakan pemberlakuan atau penerapan suatu set standar yang sempit dan baku yang harus diterapkan di semua situasi. Standarisasi tidak menampung perbedaan nasional jadi lebih sulit untuk diterapkan secara internasional. Namun, standarisasi serius dan ambisius untuk dicapai dan juga direalisasi. Akhirnya dalam Preface and Constitution tahun 1982 dinyatakan bahwa tujuan harmonisasi adalah lebih perlu untuk dicapai.
          Harmonisasi adalah proses peningkatan komparalititas praktik akuntansi dengan memberikan batas seberapa banyak variasinya. Hormonisasi standar meminumkan konflik dan meningkatkan komparabilitas informasi keuangan dari Negara-negar berbeda. (Choi, et.al, 1999:248). Harmonisasi lebih fleksibel dan terbuka dan tidak menggunakan pendekatan satu ukuran untuk semua. Konsep harmonisasi berarti bahwa standar yang berbeda boleh berlaku di masing-masing Negara anggota selama standar tersebut “selaras” satu sama lain berarti bahwa standar tersebut secara logis seharusnya tidak boleh bertentangan.
          Yang perlu diperhatikan, harmonisasi ”membolehkan” dengan pengungkapan yang memadai, sedangkan standarisasi “mengharuskan” semua perusahaan, jika perusahaan tersebut ingin menaati prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum (GAAP). Dengan demikian, harmonisasi menghasilkan hasil pengukuran akuntansi dan keuangan yang berbeda dibandingkan dengan standarisasi. Lembaga-lembaga yang aktif dalam usaha harmonisasi standar akuntansi ini diantaranya adalah IASC (International Accounting Standard Committee), Perserikatan Bangsa-Bangsa dan OECD (Organization for Economic Cooperation and Development). Beberapa pihak yang diuntungkan dengan adanya harmonisasi ini adalah perusahaan-perusahaan multinasional, kantor akuntan internasional, organisasi perdagangan, serta IOSCO (International Organization of Securities Commissions).
          IASC didirikan pada tahun 1973 dan beranggotakan anggota organisasi IASC didirikan pada tahun 1973 dan beranggotakan anggota organisasi profesi akuntan dari sepuluh negara. Di tahun 1999, keanggotaan IASC terdiri dari 134 organisasi profesi akuntan dari 104 negara, termasuk Indonesia. Tujuan IASC adalah :
1.    merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara luas di seluruh dunia.
2.    bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar dan prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan. Beberapa Negara seperti Singapura, Zimbabwe dan Kuwait malah mengadopsi International Accounting Standard sebagai standar akuntansi negara mereka

2.2. Pro Dan Kontra Harmonisasi Standart Akuntansi Internasional
          Para pendukung harmonisasi internasional mengatakan bahwa harmonisasi (bahkan standarisasi) memiliki banyak keuntungan. Sir Bryan Carsberg, mantan Sekretaris Jenderal IASC, menulis sekitar bulan September 2000 :
Pendekatan yang hati-hati untuk menganalisis keinginan akan harmonisasi internasional memperlihatkan bahwa biaya dan manfaat yang diperoleh berbeda-beda dari satu kasus ke kasus yang lain. Mereka yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa Ibu mungkin merasa beruntung bahwa Inggris menjadi bahasa kedua yang sangat banyak digunakan diseluruh dunia. Namun demikian, meskipun dapat dilakukan, kita tidak dapat memperoleh kesepakatan bahwa Inggris atau bahasa umum lainnya harus digunakan untuk menggantikan 6.800 bahasa atau lebih yang sekarang ini digunakan di dunia. Kita mengakui bahwa bahasa merupakan wahana budaya yang tak tergantikan dan bahwa penghapusan budaya yang berbeda akan menyebabkan kerugian yang sangat besar dalam bidang sastra dan ekspresi budaya lainnya.
          Bagaimana dengan harmonisasi perpajakan dan sistem jaminan sosial ? Kalangan usaha akan mengalami manfaat yang cukup besar dalam perencanaan, biaya sistem dan pelatihan, dan sebagainya dari harmonisasi. Namun kasus ini menunjukkan kepada kita kerugian harmonisasi yang lain.
          Perpajakan dan sistem jaminan sosial memiliki pengaruh yang kuat terhadap efisiensi ekonomi. Sistem yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda. Kemampuan untuk membandingkan cara kerja pendekatan yang berbeda di negara yang berbeda menyebabkan negara-negara mampu melakukan peningkatan sistem mereka masing-masing. Negara-negara saling berkompetisi dan kompetisi memaksa mereka untuk mengadopsi sistem yang efisien melalui beroperasinya semacam kekuatan pasar. Persetujuan atas sistem perpajakan yang satu akan menjadi seperti pendirian kartel dan akan menghilangkan manfaat yang akan diperoleh dari kompetisi antar negara.
          Sebuah tulisan terbaru juga mendukung adanya suatu “GAAP global” yang terharmonisasi. Beberapa manfaat yang disebutkan antara lain :
1.     Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak diseluruh dunia tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.
2.    Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik; portofolio akan lebih beragam dan resiko keuangan berkurang.
3.    Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi dalam bidang merger dan akuisisi
4.     Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.
5.    Rekonsiliasi Dan Pengakuan Bersama ( Timbal Balik ) Perbedaan Standart Akuntansi

3.3.     Rekonsiliasi & pengakuan bersama (timbal balik) perbedaan standar akuntansi
  
Rekonsiliasi dan Pengakuan Bersama
          Sejalan dengan penerbitan dan perdagangan saham internasional yang semakin berkembang, masalah-masalah yang terkait dengan penyerahan laporan keuangan dalam wilayah non domestic semakin menjadi penting. Beberapa pendukung berpendapat bahwa harmonisasi internasional akan membantu menyelesaikan masalah-masalah yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas Negara.
Dua pendekatan lain yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas :

a.       Rekonsiliasi.
          Rekonsiliasi dilakukan dengan cara penelusuran detail dari transaksi di rekening koran, dibandingkan dengan detail di buku bank. Bila ditemukan adanya perbedaan maka diambil tindakan untuk mengoreksi berupa penambahan transaksi dibuku bank itu atau cukup diketahui karena akan terkoreksi dengan sendirinya pda bulan yang akan datang.
          Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan dengan menggunakan standar akuntansi Negara asal, tapi harus menyediakan rekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting di Negara asal dan di Negara dimana laporan keuangan dilaporkan.
          Rekonsiliasi berbiaya rendah bila dibandingkan dengan penyusunan laporan keuangan lengkap berdasarkan prinsip akuntansi yang berbeda. Namun demikian rekonsiliasi hanya menyajikan ringkasan dan bukan gambaran perusahaan yang utuh.

b.      Pengakuan bersama (timbal-balik / resiprositas)
          Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negeri asal menerima laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip Negara asal. Resiprositas tidak meningkatkan perbandingan laporan keuangan lintas Negara dan dapat menimbulkan “lahan bermain yang tisak seimbang” yang mana memungkinkan perusahan-perusahaan asing menerapkan standar yang tidak terlalu ketat bila dibandingkan dengan yang diterapkan terhadap perusahaan domestic.

Arti Rekonsiliasi dan Pengakuan  Bersama terhadap Perbedaan Standar Akuntansi
          Dua pendekatan lain yang diajukan sebagai solusi yang mingkin digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas yaitu rekonsiliasi dan pengakuan bersama.
          Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan dengan menggunakan standar akuntansi negara asal, tetapi harus menyediakan rekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting di negara asal dan di negara dimana laporan keuangan dilaporkan.
          Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negara asal menerima laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip negara asal.

4.4. Organisasi yang Mempromosikan Harmonisasi dan memiliki peran penting dalam penetapan standar akuntansi internasional
Enam organisasi telah menjadi pemain utama dalam penentuan standar akuntansi internasional dan dalam mempromosikan harmonisasi akuntansi internasional:
1. Badan Standar Akuntansi International (IASB)
2. Komisi Uni Eropa (EU)
3. Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)
4. Federasi Internasional Akuntan (IFAC)
5. Kelompok Kerja Ahli Antarpemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa atas Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan (International Standars of Accounting and Reporting – ISAR), bagian dari Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa dalam Perdagangan dan Pembangunan (United Nations Conference on Trade and Development – UNCTAD).
6. Kelompok Kerja dalam Standar Akuntansi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Kelompok Kerja OECD).

5.5 Pendekatan Baru EU dan Integrasi Pasar Keuangan Eropa
          Komisi mengumumkan bahwa EU perlu untuk bergerak secara tepat dengan maksud untuk memberikan sinyal yang jelas bahwa perusahaan yang sedang berupaya untuk melakukan pencatatan di Amerika Serikat dan pasar-pasar dunia lainnya akan tetap dapat bertahan dalam kerangka dasar akuntansi EU. EC juga menekankan agar EU memperkuat komitmennya terhadap proses penentuan standar internasional, yang menawarkan solusi paling efisien dan cepat untuk masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang beroperasi dalam skala internasional.
          Pada tahun 2000, EC mengadopsi strategi pelaporan keuangan yang baru. Hal yang menarik dari strategi ini adalah usulan aturan bahwa seluruh perusahaan EU yang tercatat dalam pasar teregulasi, termasuk bank, perusahaan asuransi dan SME (perusahaan berukuran kecil dan menengah), menyusun akun-akun konsolidais sesuai dengan IFRS.

Analisa Laporan Keuangan Internasional

1.1. Kesulitan-kesulitan Analisis Strategi Bisnis Internasional dan Strategi Dasar Untuk Pengumpulan Informasi 
Kesulitan-kesulitan analisis strategi bisnis internasional:
a. Ketersediaan informasi
          Analisis strategi usaha sulit dilakukan khususnya di beberapa Negara karena kurang andalnya informasi mengenai perkembangan makro ekonomi. Memperoleh informasi mengenai industry juga sulit dilakukan di banyak Negara dan jumlah serta kualitas informasi perusahaan sangat berbeda-beda. Ketersediaan informasi khusus mengenai perusahaan sangat rendah di Negara berkembang. Akhir-akhir ini banyak perusahaan besar yang melakukan pencatatan dan memperoleh modal di pasar luar negeri telah memperluas pengungkapan mereka dan secara suka rela beralih ke prinsip akuntansi yang diakui secara global seperti standar pelaporan keuangan internasional.
b. Rekomendasi untuk melakukan analisis
          Keterbatasan data membuat upaya untuk melakukan analisis strategi usaha dengan menggunakan metode riset tradisional menjadi sukar dilakukan. Seringkali sering dilakukan perjalanan untuk mempelajari iklim bisnis setempat dan bagaimanan industry dan perusahaan sesungguhnya beroperasi, khususnya di Negara-negara pasar berkembang.

2.2.  Langkah Langkah Analisa Akutansi
          Para analis perlu untuk mengevaluasi kebijakan dan estimasi akuntansi, serta menganalisis sifat dan ruang lingkup fleksibilitas akuntansi suatu perusahaan. Para manajer perusahaan diperbolehkan untuk membuat banyak pertimbangan yang terkait dengan akuntansi, karena merekalah yang tahu lebih banyak mengenai kondisi operasi dan keuangan perusahaan mereka. Laba yang dilaporkan seringkali digunakan sebagai dasar evaluasi kinerja manajemen mereka.

Langkah-langah dalam melakukan evalusai kualitas akuntansi suatu perusahaan:
1. Identifikasikan kebijakan akuntansi utama
2. Analisis fleksibilitas akuntansi
3. Evaluasi strategi akuntansi
4. Evaluasi kualitas pengungkapan
5. Indentifikasikan potensi terjadinya masalah
6. Buatlah penyesuaian atas distorsi akuntansi.

3.3. Pengaruh analisis akuntansi terhadap antar Negara dan kesulitannya dalam memperoleh informasi yang diperlukan
Pengaruh Analisis Akuntansi Terhadap Akuntansi Antar Negara
          Analisis keuangan mencakup berbagai wilayah yuridiksi. Sebagai contoh, seorang analis mengkin beberapa kali melakukan studi terhadap sebuah perusahaan yang berada di luar Negara asalnya atau membandingkan perusahaan yang berasal dari dua Negara atau lebih. Sejumlah Negara yang memilki perbedaan yang sangat besar dalam praktik akuntansi, kualitas pengungkapan, system hokum dan undang undang, sifat dan ruang lingkup resiko usaha, dan cara untuk menjalankan usaha.
Perbedaan ini berarti alat analisis yang sangat efektif di satu wilayah menjadi kurang efektif di wilayah lain. Para analis juga sering menghadapi tantangan besar untuk memperoleh informasi yang kredibel. Di kebanyakan Negara pasar yang berkembang, para analis keuangan sering memiliki tingkat keyakinan atau keandalan yang terbatas.


Kesulitan Memperoleh Informasi Akuntansi Internasional
       Dalam memperoleh data Akuntansi Internasional terdapat beberapa kesulitan, antara lain:
a.    Penyesuaian depresiasi Beban depresiasi akan mempengaruhi keuntungan, maka perlu diperhatikan umur dari fungsi aktiva yang harus diputuskan manajemen.
b.    Penyesuaian persediaan LIFO ke FIFO Persediaan harus dikonversikan dalam metode FIFO
c.    Cadangan Cadangan adalah kemampuan perusahaan untuk membayar atau menutup pengeluaran untuk menghapus beban.
d.    Reformulasi Laporan Keuangan Penyesuaian dari beberapa perubahan setelah adanya beberapa perhitungan pada point-point tsb di atas.

4. 4. mekanisme untuk mengatasi perbedaan prinsip akuntansi antar Negara   
Dalam mengatasi perbedaan prinsip Akuntansi Antar Negara dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan seperti:
1.       Beberapa analis menyajikan ulang ukuran akuntansi asing menurut sekelompok prinsip yang diakui secara internasional, atau sesuai dengan dasar lain yang lebih umum.
2.       Beberapa yang Lain mengembangkan pemahaman yang lengkap atas praktik akuntansi di sekelompok negara tertentu dan membatasi analisis mereka terhadap perusahaan perusahaan yang berlokasi di Negara Negara tersebut.

5.5. Memahami kesulitan dan kelemahan dalam analisis laporan keuangan internasional

a. Akses informasi
          Informasi mengenai ribuan perusahaan dari seluruh dunia telah tersedia secara luas dalam beberapa tahun terakhir. Sumber informasi dalam jumlah yang tak terhitung banyaknya muncul melalui World Wide Web (WWW). Perusahaan di dunia saat ini memiliki situs web dan laporan tahunannya tersedia secara Cuma-Cuma dari berbagai sumber lainnya.
b. Ketepatan waktu informasi
          Ketepatan waktu laporan keuangan, laporan tahunan, laporan kepada pihak regulator berbeda-beda di tiap Negara.
c. Hambatan bahasa dan terminology.
d. Masalah mata uang asing.
e. Perbedaan dalam jenis dan format laporan keuangan.

sumber :