AGUSTIYANTI
26209662
4EB14
ANALISIS PERBANDINGAN
PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DENGAN METODE KONVENSIONAL UNTUK
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO
Annisa Rahimiyah
Junianti, 20207141
PI, Jurusan Akuntansi,
Falkutas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2010
Kata kunci : Harga
pokok produk, Activity Based Costing, Metode Konvensional
ABSTRAKSI
Sistem
activity based costing adalah sistem akuntansi yang berfokus pada aktivitas,
pada umumnya perusahaan di Indonesia menggunakan metode konvensional yang
mengalokasikan biaya ke produk berdasarkan satu pemicu biaya (cost driver)
sehingga terjadi distorsi. Hal ini merupakan salah satu kelemahan sistem
konvensional, sedangkan activity based costing menggunakan banyak pemicu biaya
sehingga dalam mengalokasikan biaya ke produk lebih akurat.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, ternyata dengan menerapkan sistem activity based
costing dalam perusahaan dapat menghasilkan perhitungan alokasi BOP yang lebih
akurat. Hal ini disebabakan karena sistem activity based costing
menitikberatkan pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi suatu produk.
Biaya kreativitas dan aktivitas ditelusuri ke produk berdasarkan pemakaian
aktivitas dari produk. Dari hasil perhitungan dan analisis penulis terhadap
sistem biaya konvensional yang digunakan oleh perusahaan dan penerapan sistem
activity based costing dalam mengalokasikan BOP dan biaya produksi, dapat
diketahui adanya distorsi dan overcosted pada beberapa produk dari kedua biaya
tersebut.
Daftar Pustaka
(2005-2010)
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Seiring
dengan ketatnya persaingan di dunia industri dewasa ini, maka sudah menjadi
sebuah keharusan bagi setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur
untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas prosesnya guna meningkatkan
daya saing perusahaan tersebut. Dilain
pihak, perkembangan yang fantastis di bidang teknologi dan informasi telah
menjadikan setiap perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan
teknologi guna meningkatkan kualitas prosesnya.
Di era perkembangan teknologi yang
pesat pada pasar bebas dewasa ini, persaingan antar produsen menjadi semakin
ketat. Dengan pendekatan biaya konvensional yang didasarkan pada volume akan
memiliki distorsi yang bisa saja membuat keputusan jadi tidak tepat. Terutama
pada hal yang menyangkut pada biaya-biaya overhead. Hal tersebut dikarenakan
biaya yang timbul pada obyek-obyek biaya (Cost Object) overhead
tidak timbul sebagai akibat dari volume, melainkan biaya tersebut timbul karena
ada aktivitas yang dilakukannya, sehingga penghitungan biaya berbasis aktifitas
lebih sesuai untuk perusahaan perusahaan yang telah menerapkan modernisasi pada
proses produksinya. Dengan demikian metode activity based costing perlu
dipertimbangkan untuk diterapkan guna menghasilkan produk yang berkualitas
dengan harga yang lebih murah akibat tingginya tingkat efesiensi dalam proses
produksi.
1.2
Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1.
Bagaimana penerapan Sistem Akuntansi
Biaya Konvensional yang diterapkan oleh PT. MAYORA INDAH ?
2.
Bagaimana penetuan harga pokok produksi
dengan menggunakan metode Activity Based Costing?
Penulis membatasi permasalahan pada penggunaan
metode activity based costing dan sistem biaya konvensional pada perhitungan
harga pokok produksi dan data yang digunakan adalah data perusahaan PT.
Dellifood Sentosa Corpindo tahun 2008 dan produk yang diteliti adalah Mie
Gelas.
1.3
Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui penerapan sistem Akuntansi Biaya Konvensional yang diterapkkan oleh PT. MAYORA INDAH.
- Untuk mengetahui harga pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat
penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah:
- Manfaat Akademis
Penelitian
ini bermanfaat agar penulis khususnya mahasiswa dapat melakukan perhitungan
harga pokok produksi dengan menggunakan metode konvensional (full costing)
dengan metode activity based costing.
- Manfaat Praktis
Bermanfaat agar pada perusahaan yang
dilakakukan penelitian dapat membandingkan dan mengambil keputusan dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan hasil pencatatan yang dilakukan
perusahan, yang dapat memberikan pengaruh yang baik bagi produk yang akan
diproses oleh perusahaan yang bersangkutan..
1.5 Alat
Analisis Yang Digunakan
Alat analisis pendukung penulis dalam
menyusun penulisan ini adalah :
- Analisa Kuantitatif
Penulis menganalisa masalah ini dengan
kegiatan pengolahan data meliputi pengecekan dan perhitungan melalui penggunaan
tabel terhadap data biaya produksi dan kegiatan produksi pada PT. MAYORA INDAH
, proporsi konsumsi sumber daya, dan pengelompokkan biaya, dan penetuan tarif
masing-masing kelompok biaya (pool rate).
BAB
II LANDASAN TEORI
2.1 Akuntansi
Biaya Konvensional
Menurut Hilton, Maher, dan Selto ( 2005
), “Sistem biaya konvensional (tadisional) yang banyak digunakan perusahaan
tidak dapat memperhitungkan biaya- biaya tidak langsung ke produk menggunakan
dasar alokasi seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin”.
Sedangkan menurut Bastian Bustami. N
(2009), “sistem akuntansi konvensional mengklasifikasikan biaya atas biaya
langsung dan biaya tidak langsung, untuk pembebanan biaya menggunakan ukuran
volume produksi, jam kerja langsung atau jam mesin”.
Kelemahan dan Kelebihan Sistem Biaya
Konvensional (tradisional) Menurut Cooper dan Kaplan (2005), kelemahan sistem
biaya konvensional antara lain :
- Hanya menggunakan jam kerja untuk mengalokasikan biaya overhead dari pusat biaya ( cost pool ) ke produk atau jasa.
- Hanya menggunakan dasar alokasi yang volume related untuk mengalokasikan biaya overhead dari cost pool pada produk atau jasa.
- Cost pool yang terlalu besar dan termasuk mesin- mesin mempunyai struktur biaya overhead yang sangat berbeda.
- Biaya dari pemasaran dan penyerahan produk dan jasa sangat berbeda diantara berbagai saluran distribusi.
Sedangkan kelebihan dari sistem biaya
konvensional (tradisional) adalah :
- Mudah diterapkan dan cenderung simple.
- Memudahkan manager untuk melakukan perhitungan karena tidak banyak menggunakan cost driver dalam pengalokasian biaya overhead.
- Mudah diaudit karena cost driver yang digunakan sedikit, biaya overhead dialokasikan berdasarkan volume based measure.
2.2 Pengertian
Activity Based Costing
Mulyadi (2007 : 53), “Activity Based
Costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang ditujukkan untuk
menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat (accurate) bagi
kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya alam
setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk”.
Sedangkan menurut Garrison dan Nureen
(2005 : 342), “Activity Based Costing adalah metode costing yang dirancang
untuk menyediakan informasi biaya bagi manajemen untuk keputusan strategik dan
keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga jasa biaya
tetap”.
2.3 Kelebihan
dan Kekurangan Activity Based Costing
Dengan dikembangkan metode activity
based costing ini tentunya disertai harapan bahwa activity based costing
mampu mengurangi metode yang ada. Kelebihan dari Activity Based Costing
yaitu :
- Activity based costing dapat mengatasi distorsi vuolume dan produk serta melaporkan biaya produk lebih akurat dari pada sistem akuntansi biaya konvensional.
- Activity based costing mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut, sehingga hubungan aktivitas dengan biaya overhead lebih dapat dipahami.
- Activity Based Costing System membantu manajer untuk melakukan koreksi atas aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan sehingga akan menghemat waktu produksinya.
Menurut Bastian Bustami (2009:30)
meskipun secara konsep Activity Based Costing sesuai dengan harapan dan
kebutuhan informasi perusahaan, tetapi penerapannya sering timbul berbagai
kekurangan antara lain :
- Penerapan Activity Based Costing lebih mahal.
Dibandingkan dengan sistem biaya
konvensional (tradisional), hanya membebankan biaya cukup satu pemicu biaya
seperti, jam kerja langsung. Dalam activity based costing membutuhkan
berbagai ukuran aktivitas yang harus dikumpulkan, diperiksa , dan dapat
dimasukkan dalam sistem, mungkin kurang sebanding dengan tingkat keakuratan
yang didapat, yang mengakibatkan biaya yang tinggi.
- Sulitnya merubah pola kebiasaan manajer.
Merubah pola kebiasaan manajer,
membutuhkan waktu penyesuian, karena para manajer sudah terbiasa menggunakan
sistem biaya konvensional dalam operasinya dan juga dugunkan sebagai evaluasi
kinerja, maka dengan perubahan pola ini kadangkala mendapat perlawaan dari para
karyawan. Kalau hal ini terjadi maka penerapan activity based costing
akan mengalami kegagalan.
- Mudahnya data Activity Based Costing disalah artikan.
Dalam praktek data activity baesd
costing dengan mudah disalah artikan dan harus digunakan secara hati-hati,
ketika pengambilan keputusan. Biaya yang dibebankan ke produk, pelanggan dan
objek biaya lainnya hanya dilakukan bilamana secara potensial relevan. Sebelum
mengambil keputusan yang signifikan dengan menggunakan data biaya mana yang
betul-betul relevan dengan keputusan saat itu.
- Bentuk laporan kurang sesuai.
Umumnya laporan yang disusun dengan
menggunakan activity based costing, tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku secara umum. Konsekuensi perusahaan yang menerapkan activity
based costing, harus menyusun laporan biaya yang berlainan satu untuk
internal dan satu lagi untuk pelaporan eksternal, hal ini akan membutuhkan
waktu dan biaya tambahan.
2.4 Perbedaan antara Metode Konvensional
dengan Metode Activity Based Costing
Secara umum perbedaan antara akuntansi
biaya konvensional dengan metode activity based costing yaitu pada
metode biaya konvensional mengansumsikan bahwa biaya diklasifikasikan sebagai
biaya tetap dan biaya variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume
produk yang diproduksi. Sedangkan metode akuntansi yang telah berubah mengikuti
tanggapan perubahan besar pada lingkuang bisnis yang kompetitif yang dihadapkan
perusahaan jasa dan manufaktur. Selain perbedaan diatas perbedaan yang lain
adalah :
1. Activity
based costing
memusatkan perhatian pada biaya, mutu dan waktu. Metode konvensional
memusatkan perhatian pada kinerja keuangan jangka pendek seperti laba. Jika
metode konvensional diterapkan untuk menentukan harga, maka datanya tidak dapat
diandalkan.
2. Activity
based costing
membutuhkan analisis varian yang jauh lebih kecil daripada metode konvensional
karena cost pool (kelompok biaya) dan driver (pemicu) jauh lebih
akurat.
3. Metode
konvensional menitikberatkan pada harga pokok produk pada fase produksi
saja, sedangkan activity based costing menitikberatkan penentuan harga
pokok produk pada semua fase pembuatan produk.
2.5 Alat
Analisis
2.5.1 Kalkulasi
Biaya produksi dengan Metode Konvensional
Metode biaya konvensional yang lazim
diimplementasikan dalam banyak perusahan adalah kalkukasi biaya berdasarkan
pesanan (job order costing), kalkulasi berdasarkan proses produksi (process
costing) atau kombinasi dari keduanya. Penetuan biaya overhead pada harga pokok
produksi adalah sebagai berikut :
Biya overhead = Total
Overhead
Dasar Pembebanan
2.5.2 Kalkulasi
Biaya Produksi dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing
Pembebanan biaya
overhead dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh
setiap produk dengan tolak ukurnya adalah kuantitas pemicu biaya (cost driver).
Dan ukuran ini merupakan penyederhanaan kuantitas cost driver yang digunakan
oleh setiap produk.
Overhead yang dibebankan = Tarif
Kelompok x Unit coat driver yang Digunaka
BABA
III PEMBAHASAN
3.1 Kalkulasi
Biaya Produksi Dengan Metode Konvensional
Proses produksi yang dilaksanakan oleh
PT. DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO menggunakan satu pemacu biaya yaitu jam mesin.
Penentuan
Biaya Overhead Pada Harga Pokok Produksi :
Total Biaya Overhead
Pabrik = Rp. 4.696.514.602 = 339.736,29 / Jam Mesin
Total
Jam Kerja Mesin 13.024
3.2 Kalkulasi
Biaya Produksi Dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing
Tabel 3.1 Pengalokasian biaya ke produk
Keterangan
|
Pool I
|
Pool II
|
Pool III
|
Pool IV
|
Pool V
|
Total
|
349.263.770
|
3.609.521.135
|
14.890.945
|
435.078.823
|
287.759.929
|
Cost Driver yang mewakili
|
Jtkl
|
Jm
|
Kwh
|
LTR
|
M²
|
Nilai dasar alokasi
|
4.608
|
13.824
|
258.597
|
269.334
|
20.000
|
Tariff kelompok
|
75.795
|
261.105,4
|
58
|
1.615
|
283775,99
|
Keterangan
:
- Nilai dasar alokasi
Pool
I : Total jam tenaga kerja = 2.304 + 2304 = 4.608
Pool
II : Total jam mesin = 6.912 + 6.912 = 13.824
Pool
II : Total jam kilowatt = 148.909 + 109.688 = 258.597
Pool
IV : total pemakaian minyak = 145.026 + 124.308 = 269.334
Pool
V : Total luas pabrik = 10.000 + 10.000 = 20.000
- Tarif kelompok = Cost driver
Nilai dasar alokasi
BAB
IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.
Penentuan harga pokok produk dengan
menggunakan metode activity based costing, PT. DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO dapat
menghasilkan harga pokok produk per karton sebesar Rp. 4.049 untuk produk Mie
gelas.
2.
Dengan melihat hasil perbandingan harga
pokok produksi menurut metode konvensional dan metode activity based costing
penentuan harga pokok produk berdasarkan aktivitas menyatakan bahwa metode
konvensional menentukan biaya lebih tinggi, karena pada metode activity based
costing lebih sedikit membebankan biaya.
4.2 Saran
Setelah penulis meneliti dan
menganalisa data-data perusahaan tersebut, penulis memberikan saran kepada PT
DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO untuk mempertimbangkan penetapan harga pokok produk
dengan menggunakn metode activity based costing. Karena dengan menggunakan
metode activity based costing dapat menggambarkan pola konsumsi BOP dengan
lebih jelas dan akurat, sehingga perusahaan dalam menghadapi para pesaing dapat
menetukan strategi penentuan haega jual dan pemasaran berdasarkan informasi
yang lebih akurat.
SUMBER : http://crpinky.blogspot.com/2010/05/jurnal-sendiri.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar