Minggu, 09 Juni 2013

JURNAL


AGUSTIYANTI
26209662
4EB14
 
ANALISIS PERBANDINGAN PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DENGAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO

Annisa Rahimiyah Junianti, 20207141
PI, Jurusan Akuntansi, Falkutas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2010
Kata kunci : Harga pokok produk, Activity Based Costing, Metode Konvensional


ABSTRAKSI

Sistem activity based costing adalah sistem akuntansi yang berfokus pada aktivitas, pada umumnya perusahaan di Indonesia menggunakan metode konvensional yang mengalokasikan biaya ke produk berdasarkan satu pemicu biaya (cost driver) sehingga terjadi distorsi. Hal ini merupakan salah satu kelemahan sistem konvensional, sedangkan activity based costing menggunakan banyak pemicu biaya sehingga dalam mengalokasikan biaya ke produk lebih akurat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ternyata dengan menerapkan sistem activity based costing dalam perusahaan dapat menghasilkan perhitungan alokasi BOP yang lebih akurat. Hal ini disebabakan karena sistem activity based costing menitikberatkan pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi suatu produk. Biaya kreativitas dan aktivitas ditelusuri ke produk berdasarkan pemakaian aktivitas dari produk. Dari hasil perhitungan dan analisis penulis terhadap sistem biaya konvensional yang digunakan oleh perusahaan dan penerapan sistem activity based costing dalam mengalokasikan BOP dan biaya produksi, dapat diketahui adanya distorsi dan overcosted pada beberapa produk dari kedua biaya tersebut.
Daftar Pustaka (2005-2010)

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan ketatnya persaingan di dunia industri dewasa ini, maka sudah menjadi sebuah keharusan bagi setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas prosesnya guna meningkatkan daya saing perusahaan tersebut. Dilain pihak, perkembangan yang fantastis di bidang teknologi dan informasi telah menjadikan setiap perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan teknologi guna meningkatkan kualitas prosesnya.
Di era perkembangan teknologi yang pesat pada pasar bebas dewasa ini, persaingan antar produsen menjadi semakin ketat. Dengan pendekatan biaya konvensional yang didasarkan pada volume akan memiliki distorsi yang bisa saja membuat keputusan jadi tidak tepat. Terutama pada hal yang menyangkut pada biaya-biaya overhead. Hal tersebut dikarenakan biaya yang timbul pada obyek-obyek biaya (Cost Object) overhead tidak timbul sebagai akibat dari volume, melainkan biaya tersebut timbul karena ada aktivitas yang dilakukannya, sehingga penghitungan biaya berbasis aktifitas lebih sesuai untuk perusahaan perusahaan yang telah menerapkan modernisasi pada proses produksinya. Dengan demikian metode activity based costing perlu dipertimbangkan untuk diterapkan guna menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang lebih murah akibat tingginya tingkat efesiensi dalam proses produksi.
1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1. Bagaimana penerapan Sistem Akuntansi Biaya Konvensional yang diterapkan oleh PT. MAYORA INDAH ?
2. Bagaimana penetuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing?
Penulis membatasi permasalahan pada penggunaan metode activity based costing dan sistem biaya konvensional pada perhitungan harga pokok produksi dan data yang digunakan adalah data perusahaan PT. Dellifood Sentosa Corpindo tahun 2008 dan produk yang diteliti adalah Mie Gelas.
1.3 Tujuan Penelitian
  1. Untuk mengetahui penerapan sistem Akuntansi Biaya Konvensional yang diterapkkan oleh PT. MAYORA INDAH.
  2. Untuk mengetahui harga pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah:
  1. Manfaat Akademis
Penelitian ini bermanfaat agar penulis khususnya mahasiswa dapat melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode konvensional (full costing) dengan metode activity based costing.
  1. Manfaat Praktis
Bermanfaat agar pada perusahaan yang dilakakukan penelitian dapat membandingkan dan mengambil keputusan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan hasil pencatatan yang dilakukan perusahan, yang dapat memberikan pengaruh yang baik bagi produk yang akan diproses oleh perusahaan yang bersangkutan..

1.5 Alat Analisis Yang Digunakan
Alat analisis pendukung penulis dalam menyusun penulisan ini adalah :
  1. Analisa Kuantitatif
Penulis menganalisa masalah ini dengan kegiatan pengolahan data meliputi pengecekan dan perhitungan melalui penggunaan tabel terhadap data biaya produksi dan kegiatan produksi pada PT. MAYORA INDAH , proporsi konsumsi sumber daya, dan pengelompokkan biaya, dan penetuan tarif masing-masing kelompok biaya (pool rate).
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Akuntansi Biaya Konvensional
Menurut Hilton, Maher, dan Selto ( 2005 ), “Sistem biaya konvensional (tadisional) yang banyak digunakan perusahaan tidak dapat memperhitungkan biaya- biaya tidak langsung ke produk menggunakan dasar alokasi seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin”.
Sedangkan menurut Bastian Bustami. N (2009), “sistem akuntansi konvensional mengklasifikasikan biaya atas biaya langsung dan biaya tidak langsung, untuk pembebanan biaya menggunakan ukuran volume produksi, jam kerja langsung atau jam mesin”.
Kelemahan dan Kelebihan Sistem Biaya Konvensional (tradisional) Menurut Cooper dan Kaplan (2005), kelemahan sistem biaya konvensional antara lain :
  1. Hanya menggunakan jam kerja untuk mengalokasikan biaya overhead dari pusat biaya ( cost pool ) ke produk atau jasa.
  2. Hanya menggunakan dasar alokasi yang volume related untuk mengalokasikan biaya overhead dari cost pool pada produk atau jasa.
  3. Cost pool yang terlalu besar dan termasuk mesin- mesin mempunyai struktur biaya overhead yang sangat berbeda.
  4. Biaya dari pemasaran dan penyerahan produk dan jasa sangat berbeda diantara berbagai saluran distribusi.
Sedangkan kelebihan dari sistem biaya konvensional (tradisional) adalah :
  1. Mudah diterapkan dan cenderung simple.
  2. Memudahkan manager untuk melakukan perhitungan karena tidak banyak menggunakan cost driver dalam pengalokasian biaya overhead.
  3. Mudah diaudit karena cost driver yang digunakan sedikit, biaya overhead dialokasikan berdasarkan volume based measure.
2.2 Pengertian Activity Based Costing
Mulyadi (2007 : 53), “Activity Based Costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang ditujukkan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat (accurate) bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk”.
Sedangkan menurut Garrison dan Nureen (2005 : 342), “Activity Based Costing adalah metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajemen untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga jasa biaya tetap”.
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Activity Based Costing
Dengan dikembangkan metode activity based costing ini tentunya disertai harapan bahwa activity based costing mampu mengurangi metode yang ada. Kelebihan dari Activity Based Costing yaitu :
  1. Activity based costing dapat mengatasi distorsi vuolume dan produk serta melaporkan biaya produk lebih akurat dari pada sistem akuntansi biaya konvensional.
  2. Activity based costing mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut, sehingga hubungan aktivitas dengan biaya overhead lebih dapat dipahami.
  3. Activity Based Costing System membantu manajer untuk melakukan koreksi atas aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan sehingga akan menghemat waktu produksinya.
Menurut Bastian Bustami (2009:30) meskipun secara konsep Activity Based Costing sesuai dengan harapan dan kebutuhan informasi perusahaan, tetapi penerapannya sering timbul berbagai kekurangan antara lain :
  1. Penerapan Activity Based Costing lebih mahal.
Dibandingkan dengan sistem biaya konvensional (tradisional), hanya membebankan biaya cukup satu pemicu biaya seperti, jam kerja langsung. Dalam activity based costing membutuhkan berbagai ukuran aktivitas yang harus dikumpulkan, diperiksa , dan dapat dimasukkan dalam sistem, mungkin kurang sebanding dengan tingkat keakuratan yang didapat, yang mengakibatkan biaya yang tinggi.
  1. Sulitnya merubah pola kebiasaan manajer.
Merubah pola kebiasaan manajer, membutuhkan waktu penyesuian, karena para manajer sudah terbiasa menggunakan sistem biaya konvensional dalam operasinya dan juga dugunkan sebagai evaluasi kinerja, maka dengan perubahan pola ini kadangkala mendapat perlawaan dari para karyawan. Kalau hal ini terjadi maka penerapan activity based costing akan mengalami kegagalan.
  1. Mudahnya data Activity Based Costing disalah artikan.
Dalam praktek data activity baesd costing dengan mudah disalah artikan dan harus digunakan secara hati-hati, ketika pengambilan keputusan. Biaya yang dibebankan ke produk, pelanggan dan objek biaya lainnya hanya dilakukan bilamana secara potensial relevan. Sebelum mengambil keputusan yang signifikan dengan menggunakan data biaya mana yang betul-betul relevan dengan keputusan saat itu.
  1. Bentuk laporan kurang sesuai.
Umumnya laporan yang disusun dengan menggunakan activity based costing, tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Konsekuensi perusahaan yang menerapkan activity based costing, harus menyusun laporan biaya yang berlainan satu untuk internal dan satu lagi untuk pelaporan eksternal, hal ini akan membutuhkan waktu dan biaya tambahan.
2.4 Perbedaan antara Metode Konvensional dengan Metode Activity Based Costing
Secara umum perbedaan antara akuntansi biaya konvensional dengan metode activity based costing yaitu pada metode biaya konvensional mengansumsikan bahwa biaya diklasifikasikan sebagai biaya tetap dan biaya variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk yang diproduksi. Sedangkan metode akuntansi yang telah berubah mengikuti tanggapan perubahan besar pada lingkuang bisnis yang kompetitif yang dihadapkan perusahaan jasa dan manufaktur. Selain perbedaan diatas perbedaan yang lain adalah :
1. Activity based costing memusatkan perhatian pada biaya, mutu dan waktu. Metode konvensional memusatkan perhatian pada kinerja keuangan jangka pendek seperti laba. Jika metode konvensional diterapkan untuk menentukan harga, maka datanya tidak dapat diandalkan.
2. Activity based costing membutuhkan analisis varian yang jauh lebih kecil daripada metode konvensional karena cost pool (kelompok biaya) dan driver (pemicu) jauh lebih akurat.
3. Metode konvensional menitikberatkan pada harga pokok produk pada fase produksi saja, sedangkan activity based costing menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada semua fase pembuatan produk.
2.5 Alat Analisis
2.5.1 Kalkulasi Biaya produksi dengan Metode Konvensional
Metode biaya konvensional yang lazim diimplementasikan dalam banyak perusahan adalah kalkukasi biaya berdasarkan pesanan (job order costing), kalkulasi berdasarkan proses produksi (process costing) atau kombinasi dari keduanya. Penetuan biaya overhead pada harga pokok produksi adalah sebagai berikut :

Biya overhead = Total Overhead
Dasar Pembebanan


2.5.2 Kalkulasi Biaya Produksi dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing
Pembebanan biaya overhead dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk dengan tolak ukurnya adalah kuantitas pemicu biaya (cost driver). Dan ukuran ini merupakan penyederhanaan kuantitas cost driver yang digunakan oleh setiap produk.

Overhead yang dibebankan = Tarif Kelompok x Unit coat driver yang Digunaka
BABA III PEMBAHASAN

3.1 Kalkulasi Biaya Produksi Dengan Metode Konvensional
Proses produksi yang dilaksanakan oleh PT. DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO menggunakan satu pemacu biaya yaitu jam mesin.
Penentuan Biaya Overhead Pada Harga Pokok Produksi :
Total Biaya Overhead Pabrik = Rp. 4.696.514.602 = 339.736,29 / Jam Mesin
Total Jam Kerja Mesin 13.024


3.2 Kalkulasi Biaya Produksi Dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing
Tabel 3.1 Pengalokasian biaya ke produk
Keterangan
Pool I
Pool II
Pool III
Pool IV
Pool V
Total
349.263.770
3.609.521.135
14.890.945
435.078.823
287.759.929
Cost Driver yang mewakili
Jtkl
Jm
Kwh
LTR
Nilai dasar alokasi
4.608
13.824
258.597
269.334
20.000
Tariff kelompok
75.795
261.105,4
58
1.615
283775,99
Keterangan :
  1. Nilai dasar alokasi
Pool I : Total jam tenaga kerja = 2.304 + 2304 = 4.608
Pool II : Total jam mesin = 6.912 + 6.912 = 13.824
Pool II : Total jam kilowatt = 148.909 + 109.688 = 258.597
Pool IV : total pemakaian minyak = 145.026 + 124.308 = 269.334
Pool V : Total luas pabrik = 10.000 + 10.000 = 20.000
  1. Tarif kelompok = Cost driver
Nilai dasar alokasi
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Penentuan harga pokok produk dengan menggunakan metode activity based costing, PT. DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO dapat menghasilkan harga pokok produk per karton sebesar Rp. 4.049 untuk produk Mie gelas.
2. Dengan melihat hasil perbandingan harga pokok produksi menurut metode konvensional dan metode activity based costing penentuan harga pokok produk berdasarkan aktivitas menyatakan bahwa metode konvensional menentukan biaya lebih tinggi, karena pada metode activity based costing lebih sedikit membebankan biaya.

4.2 Saran
Setelah penulis meneliti dan menganalisa data-data perusahaan tersebut, penulis memberikan saran kepada PT DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO untuk mempertimbangkan penetapan harga pokok produk dengan menggunakn metode activity based costing. Karena dengan menggunakan metode activity based costing dapat menggambarkan pola konsumsi BOP dengan lebih jelas dan akurat, sehingga perusahaan dalam menghadapi para pesaing dapat menetukan strategi penentuan haega jual dan pemasaran berdasarkan informasi yang lebih akurat.


SUMBER : http://crpinky.blogspot.com/2010/05/jurnal-sendiri.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar