AGUSTIYANTI
26209662
4EB14
blog iseng-iseng ,tugas,dan untuk mencari kesenangan, mohon maav kalau ada kata-kata, tokoh ,kisah, atau apapun yang sama, karena bisa saja itu sebuah kebetulan
Minggu, 09 Juni 2013
JURNAL
AGUSTIYANTI
26209662
4EB14
ANALISIS PERBANDINGAN
PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DENGAN METODE KONVENSIONAL UNTUK
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO
Annisa Rahimiyah
Junianti, 20207141
PI, Jurusan Akuntansi,
Falkutas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2010
Kata kunci : Harga
pokok produk, Activity Based Costing, Metode Konvensional
ABSTRAKSI
Sistem
activity based costing adalah sistem akuntansi yang berfokus pada aktivitas,
pada umumnya perusahaan di Indonesia menggunakan metode konvensional yang
mengalokasikan biaya ke produk berdasarkan satu pemicu biaya (cost driver)
sehingga terjadi distorsi. Hal ini merupakan salah satu kelemahan sistem
konvensional, sedangkan activity based costing menggunakan banyak pemicu biaya
sehingga dalam mengalokasikan biaya ke produk lebih akurat.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, ternyata dengan menerapkan sistem activity based
costing dalam perusahaan dapat menghasilkan perhitungan alokasi BOP yang lebih
akurat. Hal ini disebabakan karena sistem activity based costing
menitikberatkan pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi suatu produk.
Biaya kreativitas dan aktivitas ditelusuri ke produk berdasarkan pemakaian
aktivitas dari produk. Dari hasil perhitungan dan analisis penulis terhadap
sistem biaya konvensional yang digunakan oleh perusahaan dan penerapan sistem
activity based costing dalam mengalokasikan BOP dan biaya produksi, dapat
diketahui adanya distorsi dan overcosted pada beberapa produk dari kedua biaya
tersebut.
Daftar Pustaka
(2005-2010)
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Seiring
dengan ketatnya persaingan di dunia industri dewasa ini, maka sudah menjadi
sebuah keharusan bagi setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur
untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas prosesnya guna meningkatkan
daya saing perusahaan tersebut. Dilain
pihak, perkembangan yang fantastis di bidang teknologi dan informasi telah
menjadikan setiap perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan
teknologi guna meningkatkan kualitas prosesnya.
Di era perkembangan teknologi yang
pesat pada pasar bebas dewasa ini, persaingan antar produsen menjadi semakin
ketat. Dengan pendekatan biaya konvensional yang didasarkan pada volume akan
memiliki distorsi yang bisa saja membuat keputusan jadi tidak tepat. Terutama
pada hal yang menyangkut pada biaya-biaya overhead. Hal tersebut dikarenakan
biaya yang timbul pada obyek-obyek biaya (Cost Object) overhead
tidak timbul sebagai akibat dari volume, melainkan biaya tersebut timbul karena
ada aktivitas yang dilakukannya, sehingga penghitungan biaya berbasis aktifitas
lebih sesuai untuk perusahaan perusahaan yang telah menerapkan modernisasi pada
proses produksinya. Dengan demikian metode activity based costing perlu
dipertimbangkan untuk diterapkan guna menghasilkan produk yang berkualitas
dengan harga yang lebih murah akibat tingginya tingkat efesiensi dalam proses
produksi.
1.2
Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1.
Bagaimana penerapan Sistem Akuntansi
Biaya Konvensional yang diterapkan oleh PT. MAYORA INDAH ?
2.
Bagaimana penetuan harga pokok produksi
dengan menggunakan metode Activity Based Costing?
Penulis membatasi permasalahan pada penggunaan
metode activity based costing dan sistem biaya konvensional pada perhitungan
harga pokok produksi dan data yang digunakan adalah data perusahaan PT.
Dellifood Sentosa Corpindo tahun 2008 dan produk yang diteliti adalah Mie
Gelas.
1.3
Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui penerapan sistem Akuntansi Biaya Konvensional yang diterapkkan oleh PT. MAYORA INDAH.
- Untuk mengetahui harga pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat
penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah:
- Manfaat Akademis
Penelitian
ini bermanfaat agar penulis khususnya mahasiswa dapat melakukan perhitungan
harga pokok produksi dengan menggunakan metode konvensional (full costing)
dengan metode activity based costing.
- Manfaat Praktis
Bermanfaat agar pada perusahaan yang
dilakakukan penelitian dapat membandingkan dan mengambil keputusan dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan hasil pencatatan yang dilakukan
perusahan, yang dapat memberikan pengaruh yang baik bagi produk yang akan
diproses oleh perusahaan yang bersangkutan..
1.5 Alat
Analisis Yang Digunakan
Alat analisis pendukung penulis dalam
menyusun penulisan ini adalah :
- Analisa Kuantitatif
Penulis menganalisa masalah ini dengan
kegiatan pengolahan data meliputi pengecekan dan perhitungan melalui penggunaan
tabel terhadap data biaya produksi dan kegiatan produksi pada PT. MAYORA INDAH
, proporsi konsumsi sumber daya, dan pengelompokkan biaya, dan penetuan tarif
masing-masing kelompok biaya (pool rate).
BAB
II LANDASAN TEORI
2.1 Akuntansi
Biaya Konvensional
Menurut Hilton, Maher, dan Selto ( 2005
), “Sistem biaya konvensional (tadisional) yang banyak digunakan perusahaan
tidak dapat memperhitungkan biaya- biaya tidak langsung ke produk menggunakan
dasar alokasi seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin”.
Sedangkan menurut Bastian Bustami. N
(2009), “sistem akuntansi konvensional mengklasifikasikan biaya atas biaya
langsung dan biaya tidak langsung, untuk pembebanan biaya menggunakan ukuran
volume produksi, jam kerja langsung atau jam mesin”.
Kelemahan dan Kelebihan Sistem Biaya
Konvensional (tradisional) Menurut Cooper dan Kaplan (2005), kelemahan sistem
biaya konvensional antara lain :
- Hanya menggunakan jam kerja untuk mengalokasikan biaya overhead dari pusat biaya ( cost pool ) ke produk atau jasa.
- Hanya menggunakan dasar alokasi yang volume related untuk mengalokasikan biaya overhead dari cost pool pada produk atau jasa.
- Cost pool yang terlalu besar dan termasuk mesin- mesin mempunyai struktur biaya overhead yang sangat berbeda.
- Biaya dari pemasaran dan penyerahan produk dan jasa sangat berbeda diantara berbagai saluran distribusi.
Sedangkan kelebihan dari sistem biaya
konvensional (tradisional) adalah :
- Mudah diterapkan dan cenderung simple.
- Memudahkan manager untuk melakukan perhitungan karena tidak banyak menggunakan cost driver dalam pengalokasian biaya overhead.
- Mudah diaudit karena cost driver yang digunakan sedikit, biaya overhead dialokasikan berdasarkan volume based measure.
2.2 Pengertian
Activity Based Costing
Mulyadi (2007 : 53), “Activity Based
Costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang ditujukkan untuk
menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat (accurate) bagi
kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya alam
setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk”.
Sedangkan menurut Garrison dan Nureen
(2005 : 342), “Activity Based Costing adalah metode costing yang dirancang
untuk menyediakan informasi biaya bagi manajemen untuk keputusan strategik dan
keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga jasa biaya
tetap”.
2.3 Kelebihan
dan Kekurangan Activity Based Costing
Dengan dikembangkan metode activity
based costing ini tentunya disertai harapan bahwa activity based costing
mampu mengurangi metode yang ada. Kelebihan dari Activity Based Costing
yaitu :
- Activity based costing dapat mengatasi distorsi vuolume dan produk serta melaporkan biaya produk lebih akurat dari pada sistem akuntansi biaya konvensional.
- Activity based costing mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut, sehingga hubungan aktivitas dengan biaya overhead lebih dapat dipahami.
- Activity Based Costing System membantu manajer untuk melakukan koreksi atas aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan sehingga akan menghemat waktu produksinya.
Menurut Bastian Bustami (2009:30)
meskipun secara konsep Activity Based Costing sesuai dengan harapan dan
kebutuhan informasi perusahaan, tetapi penerapannya sering timbul berbagai
kekurangan antara lain :
- Penerapan Activity Based Costing lebih mahal.
Dibandingkan dengan sistem biaya
konvensional (tradisional), hanya membebankan biaya cukup satu pemicu biaya
seperti, jam kerja langsung. Dalam activity based costing membutuhkan
berbagai ukuran aktivitas yang harus dikumpulkan, diperiksa , dan dapat
dimasukkan dalam sistem, mungkin kurang sebanding dengan tingkat keakuratan
yang didapat, yang mengakibatkan biaya yang tinggi.
- Sulitnya merubah pola kebiasaan manajer.
Merubah pola kebiasaan manajer,
membutuhkan waktu penyesuian, karena para manajer sudah terbiasa menggunakan
sistem biaya konvensional dalam operasinya dan juga dugunkan sebagai evaluasi
kinerja, maka dengan perubahan pola ini kadangkala mendapat perlawaan dari para
karyawan. Kalau hal ini terjadi maka penerapan activity based costing
akan mengalami kegagalan.
- Mudahnya data Activity Based Costing disalah artikan.
Dalam praktek data activity baesd
costing dengan mudah disalah artikan dan harus digunakan secara hati-hati,
ketika pengambilan keputusan. Biaya yang dibebankan ke produk, pelanggan dan
objek biaya lainnya hanya dilakukan bilamana secara potensial relevan. Sebelum
mengambil keputusan yang signifikan dengan menggunakan data biaya mana yang
betul-betul relevan dengan keputusan saat itu.
- Bentuk laporan kurang sesuai.
Umumnya laporan yang disusun dengan
menggunakan activity based costing, tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku secara umum. Konsekuensi perusahaan yang menerapkan activity
based costing, harus menyusun laporan biaya yang berlainan satu untuk
internal dan satu lagi untuk pelaporan eksternal, hal ini akan membutuhkan
waktu dan biaya tambahan.
2.4 Perbedaan antara Metode Konvensional
dengan Metode Activity Based Costing
Secara umum perbedaan antara akuntansi
biaya konvensional dengan metode activity based costing yaitu pada
metode biaya konvensional mengansumsikan bahwa biaya diklasifikasikan sebagai
biaya tetap dan biaya variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume
produk yang diproduksi. Sedangkan metode akuntansi yang telah berubah mengikuti
tanggapan perubahan besar pada lingkuang bisnis yang kompetitif yang dihadapkan
perusahaan jasa dan manufaktur. Selain perbedaan diatas perbedaan yang lain
adalah :
1. Activity
based costing
memusatkan perhatian pada biaya, mutu dan waktu. Metode konvensional
memusatkan perhatian pada kinerja keuangan jangka pendek seperti laba. Jika
metode konvensional diterapkan untuk menentukan harga, maka datanya tidak dapat
diandalkan.
2. Activity
based costing
membutuhkan analisis varian yang jauh lebih kecil daripada metode konvensional
karena cost pool (kelompok biaya) dan driver (pemicu) jauh lebih
akurat.
3. Metode
konvensional menitikberatkan pada harga pokok produk pada fase produksi
saja, sedangkan activity based costing menitikberatkan penentuan harga
pokok produk pada semua fase pembuatan produk.
2.5 Alat
Analisis
2.5.1 Kalkulasi
Biaya produksi dengan Metode Konvensional
Metode biaya konvensional yang lazim
diimplementasikan dalam banyak perusahan adalah kalkukasi biaya berdasarkan
pesanan (job order costing), kalkulasi berdasarkan proses produksi (process
costing) atau kombinasi dari keduanya. Penetuan biaya overhead pada harga pokok
produksi adalah sebagai berikut :
Biya overhead = Total
Overhead
Dasar Pembebanan
2.5.2 Kalkulasi
Biaya Produksi dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing
Pembebanan biaya
overhead dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh
setiap produk dengan tolak ukurnya adalah kuantitas pemicu biaya (cost driver).
Dan ukuran ini merupakan penyederhanaan kuantitas cost driver yang digunakan
oleh setiap produk.
Overhead yang dibebankan = Tarif
Kelompok x Unit coat driver yang Digunaka
BABA
III PEMBAHASAN
3.1 Kalkulasi
Biaya Produksi Dengan Metode Konvensional
Proses produksi yang dilaksanakan oleh
PT. DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO menggunakan satu pemacu biaya yaitu jam mesin.
Penentuan
Biaya Overhead Pada Harga Pokok Produksi :
Total Biaya Overhead
Pabrik = Rp. 4.696.514.602 = 339.736,29 / Jam Mesin
Total
Jam Kerja Mesin 13.024
3.2 Kalkulasi
Biaya Produksi Dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing
Tabel 3.1 Pengalokasian biaya ke produk
Keterangan
|
Pool I
|
Pool II
|
Pool III
|
Pool IV
|
Pool V
|
Total
|
349.263.770
|
3.609.521.135
|
14.890.945
|
435.078.823
|
287.759.929
|
Cost Driver yang mewakili
|
Jtkl
|
Jm
|
Kwh
|
LTR
|
M²
|
Nilai dasar alokasi
|
4.608
|
13.824
|
258.597
|
269.334
|
20.000
|
Tariff kelompok
|
75.795
|
261.105,4
|
58
|
1.615
|
283775,99
|
Keterangan
:
- Nilai dasar alokasi
Pool
I : Total jam tenaga kerja = 2.304 + 2304 = 4.608
Pool
II : Total jam mesin = 6.912 + 6.912 = 13.824
Pool
II : Total jam kilowatt = 148.909 + 109.688 = 258.597
Pool
IV : total pemakaian minyak = 145.026 + 124.308 = 269.334
Pool
V : Total luas pabrik = 10.000 + 10.000 = 20.000
- Tarif kelompok = Cost driver
Nilai dasar alokasi
BAB
IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.
Penentuan harga pokok produk dengan
menggunakan metode activity based costing, PT. DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO dapat
menghasilkan harga pokok produk per karton sebesar Rp. 4.049 untuk produk Mie
gelas.
2.
Dengan melihat hasil perbandingan harga
pokok produksi menurut metode konvensional dan metode activity based costing
penentuan harga pokok produk berdasarkan aktivitas menyatakan bahwa metode
konvensional menentukan biaya lebih tinggi, karena pada metode activity based
costing lebih sedikit membebankan biaya.
4.2 Saran
Setelah penulis meneliti dan
menganalisa data-data perusahaan tersebut, penulis memberikan saran kepada PT
DELLIFOOD SENTOSA CORPINDO untuk mempertimbangkan penetapan harga pokok produk
dengan menggunakn metode activity based costing. Karena dengan menggunakan
metode activity based costing dapat menggambarkan pola konsumsi BOP dengan
lebih jelas dan akurat, sehingga perusahaan dalam menghadapi para pesaing dapat
menetukan strategi penentuan haega jual dan pemasaran berdasarkan informasi
yang lebih akurat.
SUMBER : http://crpinky.blogspot.com/2010/05/jurnal-sendiri.html
Harmonisasi Akuntansi Internasional dan Analisa Laporan Keuangan Internasional
AGUSTIYANTI
26209662
4EB14
Harmonisasi Akuntansi Internasional
1.1.
Memahami perbedaan harmonisasi dan standarisasi yang berlaku dalam standar
akuntansi
Standarisasi merupakan pemberlakuan
atau penerapan suatu set standar yang sempit dan baku yang harus
diterapkan di semua situasi. Standarisasi tidak menampung perbedaan nasional
jadi lebih sulit untuk diterapkan secara internasional.
Namun, standarisasi serius dan ambisius untuk dicapai dan juga
direalisasi. Akhirnya dalam Preface and Constitution tahun 1982 dinyatakan
bahwa tujuan harmonisasi adalah lebih perlu untuk dicapai.
Harmonisasi adalah proses
peningkatan komparalititas praktik akuntansi dengan memberikan batas seberapa
banyak variasinya. Hormonisasi standar meminumkan konflik dan meningkatkan
komparabilitas informasi keuangan dari Negara-negar berbeda. (Choi, et.al,
1999:248). Harmonisasi lebih fleksibel dan terbuka dan tidak menggunakan
pendekatan satu ukuran untuk semua. Konsep harmonisasi berarti bahwa standar
yang berbeda boleh berlaku di masing-masing Negara anggota selama standar tersebut
“selaras” satu sama lain berarti bahwa standar tersebut secara logis seharusnya
tidak boleh bertentangan.
Yang perlu diperhatikan, harmonisasi
”membolehkan” dengan pengungkapan yang memadai, sedangkan standarisasi “mengharuskan” semua
perusahaan, jika perusahaan tersebut ingin menaati prinsip-prinsip akuntansi
yang diterima umum (GAAP). Dengan
demikian, harmonisasi menghasilkan hasil pengukuran akuntansi dan keuangan yang
berbeda dibandingkan dengan standarisasi. Lembaga-lembaga yang aktif
dalam usaha harmonisasi standar akuntansi ini diantaranya adalah IASC
(International Accounting Standard Committee), Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
OECD (Organization for Economic Cooperation and Development). Beberapa pihak
yang diuntungkan dengan adanya harmonisasi ini adalah perusahaan-perusahaan
multinasional, kantor akuntan internasional, organisasi perdagangan, serta
IOSCO (International Organization of Securities Commissions).
IASC didirikan pada tahun 1973 dan beranggotakan anggota organisasi IASC
didirikan pada tahun 1973 dan beranggotakan anggota organisasi profesi akuntan
dari sepuluh negara. Di tahun 1999, keanggotaan IASC terdiri dari 134
organisasi profesi akuntan dari 104 negara, termasuk Indonesia. Tujuan IASC
adalah :
1.
merumuskan dan menerbitkan standar
akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan dan mempromosikannya untuk bisa
diterima secara luas di seluruh dunia.
2.
bekerja untuk pengembangan dan
harmonisasi standar dan prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan
keuangan. Beberapa Negara seperti Singapura, Zimbabwe dan Kuwait malah
mengadopsi International Accounting Standard sebagai standar
akuntansi negara mereka
2.2.
Pro Dan Kontra Harmonisasi Standart Akuntansi Internasional
Para pendukung harmonisasi internasional mengatakan bahwa harmonisasi (bahkan
standarisasi) memiliki banyak keuntungan. Sir Bryan Carsberg, mantan Sekretaris
Jenderal IASC, menulis sekitar bulan September 2000 :
Pendekatan yang hati-hati untuk menganalisis keinginan akan harmonisasi internasional memperlihatkan bahwa biaya dan manfaat yang diperoleh berbeda-beda dari satu kasus ke kasus yang lain. Mereka yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa Ibu mungkin merasa beruntung bahwa Inggris menjadi bahasa kedua yang sangat banyak digunakan diseluruh dunia. Namun demikian, meskipun dapat dilakukan, kita tidak dapat memperoleh kesepakatan bahwa Inggris atau bahasa umum lainnya harus digunakan untuk menggantikan 6.800 bahasa atau lebih yang sekarang ini digunakan di dunia. Kita mengakui bahwa bahasa merupakan wahana budaya yang tak tergantikan dan bahwa penghapusan budaya yang berbeda akan menyebabkan kerugian yang sangat besar dalam bidang sastra dan ekspresi budaya lainnya.
Bagaimana dengan harmonisasi perpajakan dan sistem jaminan sosial ? Kalangan usaha akan mengalami manfaat yang cukup besar dalam perencanaan, biaya sistem dan pelatihan, dan sebagainya dari harmonisasi. Namun kasus ini menunjukkan kepada kita kerugian harmonisasi yang lain.
Pendekatan yang hati-hati untuk menganalisis keinginan akan harmonisasi internasional memperlihatkan bahwa biaya dan manfaat yang diperoleh berbeda-beda dari satu kasus ke kasus yang lain. Mereka yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa Ibu mungkin merasa beruntung bahwa Inggris menjadi bahasa kedua yang sangat banyak digunakan diseluruh dunia. Namun demikian, meskipun dapat dilakukan, kita tidak dapat memperoleh kesepakatan bahwa Inggris atau bahasa umum lainnya harus digunakan untuk menggantikan 6.800 bahasa atau lebih yang sekarang ini digunakan di dunia. Kita mengakui bahwa bahasa merupakan wahana budaya yang tak tergantikan dan bahwa penghapusan budaya yang berbeda akan menyebabkan kerugian yang sangat besar dalam bidang sastra dan ekspresi budaya lainnya.
Bagaimana dengan harmonisasi perpajakan dan sistem jaminan sosial ? Kalangan usaha akan mengalami manfaat yang cukup besar dalam perencanaan, biaya sistem dan pelatihan, dan sebagainya dari harmonisasi. Namun kasus ini menunjukkan kepada kita kerugian harmonisasi yang lain.
Perpajakan dan sistem jaminan sosial memiliki pengaruh yang kuat terhadap
efisiensi ekonomi. Sistem yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda.
Kemampuan untuk membandingkan cara kerja pendekatan yang berbeda di negara yang
berbeda menyebabkan negara-negara mampu melakukan peningkatan sistem mereka
masing-masing. Negara-negara saling berkompetisi dan kompetisi memaksa mereka
untuk mengadopsi sistem yang efisien melalui beroperasinya semacam kekuatan
pasar. Persetujuan atas sistem perpajakan yang satu akan menjadi seperti
pendirian kartel dan akan menghilangkan manfaat yang akan diperoleh dari
kompetisi antar negara.
Sebuah tulisan terbaru juga mendukung adanya suatu “GAAP global” yang
terharmonisasi. Beberapa manfaat yang disebutkan antara lain :
1. Pasar
modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak diseluruh dunia tanpa
hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan
secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.
2.
Investor dapat membuat keputusan
investasi yang lebih baik; portofolio akan lebih beragam dan resiko keuangan
berkurang.
3.
Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki
proses pengambilan keputusan strategi dalam bidang merger dan akuisisi
4.
Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas
pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang
berkualitas tertinggi.
5. Rekonsiliasi
Dan Pengakuan Bersama ( Timbal Balik ) Perbedaan Standart Akuntansi
3.3. Rekonsiliasi
& pengakuan bersama (timbal balik) perbedaan standar akuntansi
Rekonsiliasi
dan Pengakuan Bersama
Sejalan dengan penerbitan dan perdagangan saham internasional yang semakin
berkembang, masalah-masalah yang terkait dengan penyerahan laporan keuangan
dalam wilayah non domestic semakin menjadi penting. Beberapa pendukung
berpendapat bahwa harmonisasi internasional akan membantu menyelesaikan
masalah-masalah yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas Negara.
Dua
pendekatan lain yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk
mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas :
a. Rekonsiliasi.
Rekonsiliasi dilakukan dengan cara penelusuran detail dari transaksi di
rekening koran, dibandingkan dengan detail di buku bank. Bila ditemukan adanya
perbedaan maka diambil tindakan untuk mengoreksi berupa penambahan transaksi
dibuku bank itu atau cukup diketahui karena akan terkoreksi dengan sendirinya
pda bulan yang akan datang.
Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan dengan
menggunakan standar akuntansi Negara asal, tapi harus menyediakan rekonsiliasi
antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting di Negara asal dan di Negara dimana
laporan keuangan dilaporkan.
Rekonsiliasi berbiaya rendah bila dibandingkan dengan penyusunan laporan
keuangan lengkap berdasarkan prinsip akuntansi yang berbeda. Namun demikian
rekonsiliasi hanya menyajikan ringkasan dan bukan gambaran perusahaan yang
utuh.
b. Pengakuan
bersama (timbal-balik / resiprositas)
Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negeri asal menerima
laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip Negara
asal. Resiprositas tidak meningkatkan perbandingan laporan keuangan lintas
Negara dan dapat menimbulkan “lahan bermain yang tisak seimbang” yang mana
memungkinkan perusahan-perusahaan asing menerapkan standar yang tidak terlalu
ketat bila dibandingkan dengan yang diterapkan terhadap perusahaan domestic.
Arti
Rekonsiliasi dan Pengakuan Bersama terhadap Perbedaan Standar
Akuntansi
Dua pendekatan lain yang diajukan sebagai solusi yang mingkin digunakan untuk
mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas
yaitu rekonsiliasi dan pengakuan bersama.
Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan dengan
menggunakan standar akuntansi negara asal, tetapi harus menyediakan
rekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting di negara asal dan di
negara dimana laporan keuangan dilaporkan.
Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negara asal menerima
laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip negara
asal.
4.4.
Organisasi yang Mempromosikan Harmonisasi dan memiliki peran penting dalam
penetapan standar akuntansi internasional
Enam
organisasi telah menjadi pemain utama dalam penentuan standar akuntansi
internasional dan dalam mempromosikan harmonisasi akuntansi internasional:
1.
Badan Standar Akuntansi International (IASB)
2.
Komisi Uni Eropa (EU)
3.
Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)
4.
Federasi Internasional Akuntan (IFAC)
5.
Kelompok Kerja Ahli Antarpemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa atas Standar
Internasional Akuntansi dan Pelaporan (International Standars of Accounting and
Reporting – ISAR), bagian dari Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa dalam
Perdagangan dan Pembangunan (United Nations Conference on Trade and Development
– UNCTAD).
6.
Kelompok Kerja dalam Standar Akuntansi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan
Ekonomi (Kelompok Kerja OECD).
5.5
Pendekatan Baru EU dan Integrasi Pasar Keuangan Eropa
Komisi mengumumkan bahwa EU perlu untuk bergerak secara tepat dengan maksud
untuk memberikan sinyal yang jelas bahwa perusahaan yang sedang berupaya untuk
melakukan pencatatan di Amerika Serikat dan pasar-pasar dunia lainnya akan
tetap dapat bertahan dalam kerangka dasar akuntansi EU. EC juga menekankan agar
EU memperkuat komitmennya terhadap proses penentuan standar internasional, yang
menawarkan solusi paling efisien dan cepat untuk masalah-masalah yang dihadapi
perusahaan yang beroperasi dalam skala internasional.
Pada tahun 2000, EC mengadopsi strategi pelaporan keuangan yang baru. Hal yang
menarik dari strategi ini adalah usulan aturan bahwa seluruh perusahaan EU yang
tercatat dalam pasar teregulasi, termasuk bank, perusahaan asuransi dan SME
(perusahaan berukuran kecil dan menengah), menyusun akun-akun konsolidais
sesuai dengan IFRS.
Analisa Laporan Keuangan Internasional
1.1. Kesulitan-kesulitan Analisis Strategi Bisnis Internasional dan Strategi Dasar Untuk Pengumpulan Informasi
Kesulitan-kesulitan
analisis strategi bisnis internasional:
a.
Ketersediaan informasi
Analisis strategi usaha sulit dilakukan khususnya di beberapa Negara karena
kurang andalnya informasi mengenai perkembangan makro ekonomi. Memperoleh
informasi mengenai industry juga sulit dilakukan di banyak Negara dan jumlah
serta kualitas informasi perusahaan sangat berbeda-beda. Ketersediaan informasi
khusus mengenai perusahaan sangat rendah di Negara berkembang. Akhir-akhir ini
banyak perusahaan besar yang melakukan pencatatan dan memperoleh modal di pasar
luar negeri telah memperluas pengungkapan mereka dan secara suka rela beralih
ke prinsip akuntansi yang diakui secara global seperti standar pelaporan
keuangan internasional.
b.
Rekomendasi untuk melakukan analisis
Keterbatasan data membuat upaya untuk melakukan analisis strategi usaha dengan
menggunakan metode riset tradisional menjadi sukar dilakukan. Seringkali sering
dilakukan perjalanan untuk mempelajari iklim bisnis setempat dan bagaimanan
industry dan perusahaan sesungguhnya beroperasi, khususnya di Negara-negara
pasar berkembang.
2.2.
Langkah Langkah Analisa Akutansi
Para analis perlu untuk mengevaluasi kebijakan dan estimasi akuntansi, serta
menganalisis sifat dan ruang lingkup fleksibilitas akuntansi suatu perusahaan.
Para manajer perusahaan diperbolehkan untuk membuat banyak pertimbangan yang
terkait dengan akuntansi, karena merekalah yang tahu lebih banyak mengenai
kondisi operasi dan keuangan perusahaan mereka. Laba yang dilaporkan seringkali
digunakan sebagai dasar evaluasi kinerja manajemen mereka.
Langkah-langah dalam melakukan evalusai kualitas akuntansi suatu perusahaan:
1.
Identifikasikan kebijakan akuntansi utama
2. Analisis fleksibilitas akuntansi
3. Evaluasi strategi akuntansi
4. Evaluasi kualitas pengungkapan
5. Indentifikasikan potensi terjadinya masalah
6. Buatlah penyesuaian atas distorsi akuntansi.
2. Analisis fleksibilitas akuntansi
3. Evaluasi strategi akuntansi
4. Evaluasi kualitas pengungkapan
5. Indentifikasikan potensi terjadinya masalah
6. Buatlah penyesuaian atas distorsi akuntansi.
3.3.
Pengaruh analisis akuntansi terhadap antar Negara dan kesulitannya dalam
memperoleh informasi yang diperlukan
Pengaruh
Analisis Akuntansi Terhadap Akuntansi Antar Negara
Analisis keuangan mencakup berbagai wilayah yuridiksi. Sebagai contoh, seorang analis mengkin beberapa kali melakukan studi terhadap sebuah perusahaan yang berada di luar Negara asalnya atau membandingkan perusahaan yang berasal dari dua Negara atau lebih. Sejumlah Negara yang memilki perbedaan yang sangat besar dalam praktik akuntansi, kualitas pengungkapan, system hokum dan undang undang, sifat dan ruang lingkup resiko usaha, dan cara untuk menjalankan usaha.
Perbedaan ini berarti alat analisis yang sangat efektif di satu wilayah menjadi kurang efektif di wilayah lain. Para analis juga sering menghadapi tantangan besar untuk memperoleh informasi yang kredibel. Di kebanyakan Negara pasar yang berkembang, para analis keuangan sering memiliki tingkat keyakinan atau keandalan yang terbatas.
Analisis keuangan mencakup berbagai wilayah yuridiksi. Sebagai contoh, seorang analis mengkin beberapa kali melakukan studi terhadap sebuah perusahaan yang berada di luar Negara asalnya atau membandingkan perusahaan yang berasal dari dua Negara atau lebih. Sejumlah Negara yang memilki perbedaan yang sangat besar dalam praktik akuntansi, kualitas pengungkapan, system hokum dan undang undang, sifat dan ruang lingkup resiko usaha, dan cara untuk menjalankan usaha.
Perbedaan ini berarti alat analisis yang sangat efektif di satu wilayah menjadi kurang efektif di wilayah lain. Para analis juga sering menghadapi tantangan besar untuk memperoleh informasi yang kredibel. Di kebanyakan Negara pasar yang berkembang, para analis keuangan sering memiliki tingkat keyakinan atau keandalan yang terbatas.
Kesulitan Memperoleh Informasi Akuntansi Internasional
Dalam memperoleh data Akuntansi
Internasional terdapat beberapa kesulitan, antara lain:
a.
Penyesuaian depresiasi Beban depresiasi
akan mempengaruhi keuntungan, maka perlu diperhatikan umur dari fungsi aktiva
yang harus diputuskan manajemen.
b. Penyesuaian
persediaan LIFO ke FIFO Persediaan harus dikonversikan dalam metode FIFO
c. Cadangan
Cadangan adalah kemampuan perusahaan untuk membayar atau menutup pengeluaran
untuk menghapus beban.
d.
Reformulasi Laporan Keuangan
Penyesuaian dari beberapa perubahan setelah adanya beberapa perhitungan pada
point-point tsb di atas.
4.
4. mekanisme untuk mengatasi perbedaan prinsip akuntansi antar Negara
Dalam
mengatasi perbedaan prinsip Akuntansi Antar Negara dapat dilakukan dengan
beberapa pendekatan seperti:
1.
Beberapa analis menyajikan ulang ukuran
akuntansi asing menurut sekelompok prinsip yang diakui secara internasional,
atau sesuai dengan dasar lain yang lebih umum.
2.
Beberapa yang Lain mengembangkan
pemahaman yang lengkap atas praktik akuntansi di sekelompok negara tertentu dan
membatasi analisis mereka terhadap perusahaan perusahaan yang berlokasi di
Negara Negara tersebut.
5.5.
Memahami kesulitan dan kelemahan dalam analisis laporan keuangan internasional
a. Akses informasi
Informasi mengenai ribuan perusahaan dari seluruh dunia telah tersedia secara
luas dalam beberapa tahun terakhir. Sumber informasi dalam jumlah yang tak
terhitung banyaknya muncul melalui World Wide Web (WWW). Perusahaan di dunia
saat ini memiliki situs web dan laporan tahunannya tersedia secara Cuma-Cuma
dari berbagai sumber lainnya.
b.
Ketepatan waktu informasi
Ketepatan waktu laporan keuangan,
laporan tahunan, laporan kepada pihak regulator berbeda-beda di tiap Negara.
c.
Hambatan bahasa dan terminology.
d.
Masalah mata uang asing.
e.
Perbedaan dalam jenis dan format laporan keuangan.
sumber
:
Langganan:
Postingan (Atom)